If the children don’t grow up
Our bodies get bigger but our hearts get torn up
We’re just a million little gods causing rain storms
turning every good thing to rust
I guess we’ll just have to adjust
Awal Agustus 2020 saya membuat gambar tentang kegiatan terbaru di periode yang suram yakni memulai skateboarding di penghujung muda, dan menutupnya dengan penggalan wording “kita menyesuaikan”. Sebulan kemudian saya baru menemukan kata-kata serupa pada lirik Wake Up milik Arcade Fire, entah berapa tahun sejak pertama kali mendengarkan tembang sepaktakuler tersebut.
Pertama kalinya saya mendengarkan Arcade Fire kira-kira sejak sebelum saya dilahirkan. Lantas sesuatu dalam diri ini terpacu, kalau bukan asam lambung barangkali adrenalin, kala menemukan potongan lagunya dalam rangkaian adegan tertentu dalam film The Secret Life of Walter Mitty (2013). Siapa juga yang tidak?
Bukan ketika sedang mencari romcom ringan, atau ‘film Ben Stiller’, bukan pula ketika mencari film yang feel-good. Saya cukup lama melewatkan kesempatan untuk menontonnya, sampai suatu waktu menemukan judulnya lagi ketika sedang mencari “film di Greenland”. Meskipun lokasi syuting sesungguhnya di Iceland, tetapi demi sedikitnya pilihan untuk kategori itu, rating pas-pasan yang disematkan para kritikus pada akhirnya tak lagi jadi penghalang.
Kesimpulan dari para kritikus — yang lalu saya simpulkan lagi — adalah “minim substansi”, atau “gagal menghadirkan tone serupa kisah aslinya (cerita pendek oleh James Thurber). Nama Walter Mitty sendiri bisa dibilang memberi kesan whimsical, yang lazimnya muncul dalam kisah-kisah fantasi. Sebelum mengetahui bahwa ia tercipta lebih dari 8 dekade lampau, saya pikir nama-nama macam ini belakangan hanya bisa ditemukan di buku-buku dalam rak berkategori youth adult. Substansial atau tidak, apa yang dilalui Walter Mitty tetaplah fantastis bagi sebagian besar orang.
Tak cukup sampai di situ, Walter Mitty juga dikritik lantaran product placement yang bertebaran. Bagi saya, dan mungkin orang-orang yang berkomentar tentang film di semua tempat bahkan pada video lagu-lagu pengisinya, tidak ada yang berarti dari hal-hal tersebut. Yang berarti adalah you. are. feeling. good. selama dan setelah menontonnya.
Tersusun dari banyak unsur feel-good, tentunya normal melihat longboarding dan skateboarding muncul dalam film ini. Ben Stiller mengklaim ia pernah main skateboard saat muda — ia merasa nyaman di atas papan. Namun Walter Mitty, setidaknya, adalah tiga orang berbeda ketika papan dihadirkan. Brian Holden mengisi sebagian adegan longboarding yang mengagumkan. Ada pula The G.O.A.T Rodney Mullen yang menjadi body double saat Walter Mitty mengeluarkan trik-trik ajaib skateboard (bagian ini kocak jg).
Untuk urusan musik, tentu tidak banyak tujuan lain selain mengejar kesan yang chill-bangat-nih-borr jika kau memberi tempat untuk musiknya Jack Johnson. Belum lagi deretan nama lain dengan musik-musik yang sparks joy.
Saya belumlah menonton ulang Walter Mitty. Yang pasti ada tiga bagian yang kerap saya setel berulang-ulang ketika mencari feel-good-feel-good kecil pada hidup yang auk ah ini, yang bisa ditemukan di YouTube:
1. Longboarding entah di mana tau di Greenland (yang Iceland)
Lagu pengiring: Junip -Far Away
Semua yang pernah menaiki skateboard/longboard/dan bor-bor lain tentu ingat sensasinya ketika pertama kali sukses meluncur barang beberapa meter. Kalikan entah-berapa-kali lipat bila kau melakukannya lebih lama dengan latar lanskap utara yang misterius pula sendu.
2. Bersepeda di Greenland (yang Iceland)
Lagu pengiring: Of the Monsters and Men - Dirty Paws
Wholesome. Omong-omong, saya cukup lama tidak mengikuti band non metal dan sekitarnya, dan meski telah mendengar Of Monsters and Men sejak lama (kira-kira sejak kehidupan sebelumnya), saya baru tahu belakangan kalau band asal Iceland itu lumayan populer.
3. Walter Mitty mengejar helikopter
Lagu pengiring: David Bowie - Space Oddity
Tokoh utama kita mengejar banyak hal. Dan mengejar helikopter rasanya jadi lebih mungkin ketimbang mengejar live life to the fullest.
4. Ketika Walter Mitty memutuskan berangkat ke Greenland
Lagu: Arcade Fire - Wake Up
Bagaimana mungkin untuk tidak melirik ransel ketika atau sesudah rangkaian adegan ini berlangsung?
Atau melirik rekening, lantas memutuskan untuk, ya sudah, feel-good-nya dengan menonton ini saja.
(screams internally)
Sebagai warga dunia ketiga yang hidupnya hanya dinilai sebagai pekerja upah murah demi menyangga tatanan-tatanan menjengkelkan yang berkelanjutan, sekaligus bekerja sekitar tiga kali lebih gila ketimbang warga seperti Walter Mitty jika kau berhasrat mewujudkan kembara ke tempat-tempat yang jauh, feel-good ini barangkali hanya bisa direalisasikan hingga ke tempat sekitar yang nggak jauh-jauh amat. Atau sekadar mengkhayal di antara kekhawatiran dan k̶e̶k̶h̶a̶w̶a̶t̶i̶r̶a̶n̶ jam kerja. Atau menonton ulang film ini. Atau cuplikan-cuplikannya. Atau mendengarkan deretan lagu-lagu pengiringnya.
I guess we’ll just have to adjust.